Sabtu, 22 Agustus 2015

Sejarah Jawa Barat

Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuna) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon. Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.
Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibukota Kerajaan Sunda), dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.

Sosial Budaya Masyarakat Jawa Barat (ke-khasan)

Provinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bandung sebagai ibu kota provinsi, merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.

Sebagian penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda. Selain itu, ada campuran Sunda dengan Jawa di pantai utara Cirebon serta sebagian kecil pesisir Indramayu. Mata pencaharian penduduk Jawa Barat yang utama adalah bertani. Bertaninya pun bermacam-macam. Ada yang bertani padi, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Selain itu, di daerah Jawa Barat juga banyak terdapat perkebunan teh, cengkih, tebu, dan kina.

Kebudayaan masyarakat Jawa Barat terpengaruh dari 4 sumber, yaitu Hindu/Budha, Islam, Jawa, dan kebudayaan barat. Ini dapat dilihat dari upacara yang disertai membakar kemenyan (pengaruh Hindu), doa-doa menurut agama Islam, pakaian pernikahan tanpa baju dan berbentuk wayang orang (pengaruh Jawa Tengah), dan pemberian kado serta hidangan prasmanan model Belanda.

Banyak yang harus kita pelajari dari kebudayaan yang ada di Jawa Barat. Jika kita merasa bahwa Budaya Jawa Barat merupakan bagian dari negara Indonesia, tidak ada salahnya mengenal Kebudayaan Jawa Barat.
Provinsi jawa barat memiliki filosofi yang patut di acungi jempol, diantaranta adalah Silih Asah
Silih Asih dan Silih Asuh. Ketiga filosofi tersebut merupakan filsafat hidup yang di pegang penduduk asli Jawa barat. Dan kebudayaan Jawa Barat lebih kita kenal sebagai Sunda yang ber ibukota di Bandung.

Maksud dan arti filosofi tersebut adalah menimbulkan sifat dan sikap untuk untuk saling mengasuh , saling mengasihi dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman antar sesama. Masyarakat Jawa Barat memiliki keluhuran akal budi yang di landasi oleh filsafat tersebut. Agak berbeda dengan kebudayaan masyarakat lain di Nusantara, Masyarakat jawa barat yang berbahasa sunda sangat dipengaruhi budaya yang berakar pada nilai-nilai yang berasal dari tradisi masyarakat setempat. Dan dalam interaksi sosial, masyarakat di di jawa barat menganut falsafah seperti yang sudah di sebutkan tadi.

Rasa persaudaraan menciptakan keakraban masyarakat Sunda dengan lingkungan sehingga tampak dari bagaimana masyarakat Jawa Barat, khususnya yang tinggal di pedesaan, mereka memelihara kelestarian lingkungan dengan cara penuh kerja sama dengan warga setempat. Sehingga di provinsi Jawa Barat ini banyak muncul masyarakat yang atas inisiatifnya sendiri dapat memelihara lingkungan alam mereka.

Dalam kehidupan beragama, masyarakat di jawa barat relatif dikenal sebagai masyarakat yang sangat agamis dan relijius, dan memegang teguh nilai-nilai agama yang di anut di yakini yakni agama Islam. Sebagian besar penduduk jawa barat memeluk agama islam, disusul Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu, Budha, dan lainnya.

Sebagian besar budaya Jawa Barat didominasi suku Sunda dan adat tradisionalnya yang penuh khasanah Bumi Pasundan menjadi cermin kebudayaan di jawa barat. Untuk melestarikan budaya Jawa Barat, pemerintah daerah menetapkan 12 desa budaya, yakni desa khas yang di tata untuk kepentingan melestarikan budaya dalam bentuk adat atau rumah adat. 

Macam macam seni dan budaya masyarakat Sunda, Jawa Barat :

1. Pakaian Adat/Khas jawa Barat
Suku sunda mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya. Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasinal. Itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional.

2. Kesenian Khas Jawa Barat

a. Wayang Golek
Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menapilkan dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung.

b. Jaipong
Jaipong merupakan tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong.
Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan – gerakan khas tari jaipong.

c. Degung
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.
Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.

d. Rampak Gendang
Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.

e. Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang khas.
Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan.


f. Pencak Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional.
Pada awalnya pencak Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket.
Pada umumnya kesenian pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan terompet.

g. Sisingaan
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.

h. Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang.
Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.

i. Bajidoran
Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta Terompet.
Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara pementasan atau acara pesta.

j. Cianjuran
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.

k. Kacapi Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan Suling. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.

l. Reog
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.

Sumber : http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/04/kebudayaan-jawa-barat.html#.Vdhwb_mqpBc

Ekonomi Masyarakat Jawa Barat


Dalam rangka mengurangi beban hidup masyarakat golongan bawah, pemerintah berencana untuk menjalankan berbagai program bantuan untuk kalangan tersebut. Apakah bantuan tersebut memang diperlukan, dan kalangan masyarakat manakah yang perlu didahulukan ?
Harga komoditas pangan mengalami kenaikan yang cukup signfikan pada awal tahun ini. Keadaan ini sudah barang tentu membebani keadaan ekonomi sebagian besar masyarakat kita. Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM dalam waktu dekat bisa dipastikan akan semakin menambah beban hidup kalangan masyarakat tersebut.

Untuk mengantisipasi dampak sosial dan ekonomi dari rencana kenaikan harga BBM, pemerintah sedang menyusun program yang secara umum ditujukan terutama bagi mereka yang berada di kalangan berpendapatan terbawah.

Dalam pemberitaan media disebutkan pemerintah menyiapkan program kompensasi dengan total anggaran mencapai 84 triliun rupiah. Sekitar 24 triliun dari jumlah tersebut dialokasikan sebagai dana program kompensasi tambahan yang berbentuk subsidi minyak goreng – kedelai dan bantuan langsung tunai (BLT). Khusus untuk BLT, anggaran yang dialokasikan pemerintah berkisar antara 11 – 13 triliun rupiah.

Namun, tidak sedikit pendapat kontra yang muncul berkaitan dengan rencana pemerintah membagikan BLT. Beberapa alasan diantaranya adalah bantuan ini tidak memberdayakan dan tidak tepat sasaran.
Apakah masyarakat bawah benar-benar membutuhkan bantuan pemerintah ?
Masyarakat Jawa dan Luar Jawa.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan perekonomian masyarakat, Danareksa Research Institute (DRI) melakukan survei kepercayaan konsumen. Survei tersebut dilakukan setiap bulan di enam propinsi di Indonesia (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan). Survei ini dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung. Sampel dipilih secara acak di kota, pinggir kota, maupun wilayah pedesaan di enam propinsi teresebut.  

Dari hasil survei disusun Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), yang menggambarkan keadaan ekonomi masyarakat. IKK dapat pula dipecah berdasarkan wilayah tempat tinggal, tingkat pendapatan, jumlah pengeluaran rumah tangga responden, maupun kombinasi dari aspek – aspek tersebut.

IKK terus bergerak dalam tren yang menurun sejak akhir 2007. Pada bulan April 2008, IKK berada di level 75.0. Ini merupakan level terendah IKK sejak bulan November 2005. Penurunan nilai terendah IKK sepanjang sejarah survei dilakukan (sejak 1999) terjadi pada bulan Oktober dan November 2005. Ini berarti, IKK pada bulan April 2008 merupakan level terendah ketiga sejak tahun 1999. Hal ini menunjukkan tekanan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akibat kenaikan harga yang berlangsung akhir-akhir ini, nyaris setara dengan tekanan yang disebabkan oleh kenaikan BBM pada bulan Oktober 2005 yang lalu.

Sementara itu, berdasarkan daerah (Jawa dan luar Jawa) pergerakan IKK menunjukkan bahwa masyarakat di luar Jawa lebih cepat pulih dari dampak kenaikan harga BBM di bulan Oktober 2005. Masyarakat luar Jawa pun tampaknya lebih tahan terhadap dampak negatif dari kenaikan harga kebutuhan pokok yang terjadi akhir-akhir ini.  Hal ini terlihat dari lebih cepatnya kenaikan IKK masyarakat di luar Jawa dibandingkan dengan IKK masyarakat di pulau Jawa. Pasca kenaikan harga BBM Oktorber 2005 IKK luar Jawa bahkan sempat naik hingga mencapai level 97.6 pada bulan Agustus 2006, atau hampir menyentuh level psikologis 100. Hal tersebut memberi indikasi bahwa masyarakat di luar Jawa dapat lebih cepat menyesuaikan diri terhadap tekanan kenaikan harga dibandingkan dengan mereka yang hidup di Jawa. Kenaikan harga komoditi akhir – akhir ini mungkin memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka yang hidup di luar Jawa, yang pada akhirnya mengurangi tekanan ekonomi sebagai akibat dari kenaikan harga – harga kebutuhan lainnya.

Berdasarkan tingkat pengeluaran, mereka yang memiliki pengeluaran di antara 500,000 rupiah – 1,500,000 rupiah per bulan tampak sama tertekannya dengan mereka yang memiliki tingkat pengeluaran di bawahnya. Hal ini terlihat dari IKK dari  kedua golongan tersebut yang bergerak hampir selalu beriringan. Artinya, rentang kalangan yang semakin sensitif terhadap naik turunnya kondisi perekonomian sepertinya semakin lebar.

Mereka yang memiliki pengeluaran di atas 1,500,000 per bulan pada mulanya memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap tekanan kenaikan harga yang terjadi. Namun, pada saat kenaikan harga terjadi terus menerus (kurang lebih mulai akhir 2007 sampai saat ini), kalangan teratas ini pun menjadi semakin sensitif terhadap gejolak yang terjadi.  Hal ini terlihat dari jatuhnya IKK pada bulan April untuk golongan masyarakat ini ke level yang sama dengan masyarakat dengan tingkat pengeluaran di bawahnya.
Penduduk pedesaan lebih terpukul dari penduduk perkotaan ?

Untuk penduduk dengan tingkat pengeluaran di antara 500,000 – 1,500,000 per bulan, sepertinya mereka yang hidup di pedesaan sama sensitifnya (terhadap naik turunnya kondisi perekonomian) dengan mereka yang hidup di perkotaan. IKK penduduk desa dan kota untuk masyarakat dengan tingkat penghasilan tersebut terlihat bergerak dalam level yang relatif sama dan cenderung menurun akhir-akhir ini (Gambar 3). Artinya, kedua kalangan tersebut merasakan tekanan yang hampir sama.

Hal yang agak berbeda terlihat pada masyarakat dengan pengeluaran sampai dengan 500,000 per bulan (Gambar 4).  Pergerakan IKK di wilayah desa dan perkotaan menunjukkan bahwa sensitifitas kalangan masyarakat golongan ini relatif sama antara di desa dan di kota. Namun, pada waktu – waktu tertentu, persepsi masyarakat pedesaan dari kalangan ini lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hidup di perkotaan. Seperti diperlihatkan oleh hasil survei bulan April 2008 lalu, IKK masyarakat miskin pedesaan mengalami sedikit peningkatan, di saat IKK masyarakat miskin di perkotaan masih mengalami penurunan signifikan.  Kenaikan ini terutama berhubungan dengan terjadinya musim panen beras di bulan Maret-April lalu. Musim panen beras yang relatif baik pada tahun ini tampaknya memberi tambahan pendapatan bagi kalangan miskin di pedesaan.  Hal ini kemungkinan besar tidak dapat dinikmati oleh masyarakat miskin perkotaan, karena sebagian besar pekerjaannya tidak berhubungan dengan sektor pertanian.

Penurunan yang terjadi pada IKK menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia sedang menghadapi tekanan berat, terutama akibat kenaikan harga bahan makanan yang telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat yang merasakan dampak negatif ini pun semakin lama semakin meluas. Melihat keterbatasan yang dihadapi pemerintah, rasanya sulit program kompensasi yang direncanakan akan mampu menjangkau semua kalangan sekaligus. Mau tidak mau, pemerintah perlu membuat prioritas dengan mendahulukan mereka yang benar–benar terkena pukulan terberat akibat kenaikan harga – harga yang sudah terjadi, dan akan semakin terpukul oleh kenaikan harga BBM.

Masyarakat Jawa Barat

Mayoritas penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan dituturkan bahasa Cirebon yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di Kabupaten Indramayu menggunakan bahasa Cirebon dialek Indramayu atau dikenal dengan dermayon dan beberapa kecamatan yang terletak di pantai utara kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang seperti Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon dan Pedes (Cemara) menggunakan bahasa Cirebon yang hampir mirip dengan bahasa Cirebon dialek dermayon. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok bagian utara dituturkan bahasa Melayu dialek Betawi. Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah Jabodetabek (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi. Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat

Letak Geografis Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara
Bujur  104 ° 48 ' BT s.d  108 ° 48 ' BT
Lintang  5 ° 50 ' LS s.d  7 ° 50 ' LS
Dengan batas-batas wilayah : 
  • Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ; 
  • Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ; 
  • Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ; 
  • Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten. 

Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th. 
Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa. 
Sumber: 
  • http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1361
  • http://sulaiman4fun.blogspot.com/2012/08/semua-tentang-jawa-barat-plh-kelas-xi.html